Assalamualaikum. Wr. Wb
Haloooo pembaca blogku, yang masih sehat dan punya banyak waktu luang (buktinya sempat aja baca blogku ini hahahaha...). Kali ini mau sharing tulisan lama yang ada di draft blogku, jadi pas iseng-iseng buka-buka draft di blog ini kok ada tulisan, ternyata ini tulisan jaman dulu yang belum sempat direview ulang dan belum sempat di published (jadi jangan kaget kalau settingnya masih jaman aku ngekost hihihihi). Nah, karena menurutku tulisan ini bagus, makanya aku publish dengan sedikit editing. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat yaa...... Lets check it out
*********************************************************************************
Saat kita berbicara tentang cinta sebenarnya kita akan mulai berbicara tentang salah satu sifat Alloh juga yang diturunkan kepada manusia. Setiap makhluk mempunyai caranya sendiri dalam mengungkapkan cinta kepada-Nya.
Semua bertasbih dengan caranya sendiri, mulai dari sel sampai alam semesta yang besar ini. Dalam Al-Qur’an sudah disebutkan bahwa, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Q.S Ali Imran:190)”. Dari ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semua yang ada di dalam ini mengajarkan tanda-tanda kebesaran Alloh dan juga menjadi guru kehidupan kita. Lalu apa hubungan semua ini dengan cinta?
Saat kita berbicara tentang cinta, sering yang terpikir di pikiran kita adalah antara 2 insan manusia yang berbeda jenis, warna pink dan gambar hati. Padahal mencintai itu luas mulai dari cinta orang tua kepada anak, cinta guru kepada muridnya, cinta ulama kepada ilmunya, cinta sang hamba kepada Rabb-nya, cinta seorang koruptor kepada hartanya, dsb.
Saat kita senang berpikir tentang tanda-tanda alam maka kita akan menemukan sebuah perasaan bahwa kita itu adalah makhluk yang diciptakan oleh-Nya, setiap gerak dan langkah kita semua adalah milik-Nya, kita tidak mempunyai daya apa-apa demikian pula cinta kita.
Alam ini mengajarkan kita juga tentang cinta.
Aku mendapatkan inspirasi ini saat sedang pulang sholat Isya’ dari musholla di dekat kost dan melihat rembulan. Lalu saat itu aku mendengarkan lagunya Jikustik yang berjudul “Mentari dikalahkan Malam” ditambah membaca Kahlil Gibran. Maka muncullah ide tulisan ini. Tulisan ini juga terinsiprasi dari seorang temenku. Penasaran kan? Langsung aja ya....
Kadang kita berpikir mengapa kadang kita tidak menemukan seseorang yang sempurna seperti yang kita impikan atau mungkin yang kita mau dan dia pun mau. Saat itu, aku bertanya pada-Nya saat sholat Isya “Apa sih hakekat cinta itu?” dan pulangnya ternyata diberi jawaban lewat rembulan.
Aku lihat rembulan itu sebenarnya tidak bercahaya hanya memantulkan cahaya dari matahari. Aku berpikir
Apa maksudnya ya?Kok tiba-tiba aku berpikir kayak gini?
Saat pulang aku memutar winamp dan seolah ingin dengar lagunya Jikustik dan yang terpilih ternyata lagu Mentari Dikalahkan Malam. Saat itu aku sedang menyelesaikan membaca buku Kahlil Gibran tentang Surat Cinta Sang Nabi. Muncullah jawaban tentang tanda alam itu. Buat kamu yang mau tau lagunya Jikustik Mentari Dikalahkan Malam bisa play lagu dibawah ini.
Malam itu rembulan mengajarkan tentang cinta padaku. Rembulan hanya memantulkan cahaya dari matahari. Dia tidak punya sinar sendiri. Seperti itulah manusia, kita tidak punya “cahaya” jika yang "mempunyai cahaya” tidak berkehendak kepada kita. Jadi saat kita mau mencintai harus sadar bahwa kita tidak punya hak apa-apa atas “cahaya” itu kecuali hanya memantulkannya.
Seperti itulah cinta, jika memang yang Maha Pengasih dan Penyayang tidak berkehendak atas rasa itu maka seperti apapun berusaha tidak akan timbul tetapi jika ternyata Dia berkehendak maka saat itu juga cinta itu ada. Kita hanya bertugas memantulkan cinta-Nya kepada orang lain.
Makanya dalam mencintai perlu keikhlasan karena kita tidak punya apa-apa yang diberikan jadi gak ada rugi buat kita yang ada hanya untung saja. Lha kok bisa?
Saat kita ikhlas memberikan cinta kita maka tidak akan mengharapkan balasan kecuali dari-Nya. Hal ini sesuai hadits, ”Telah pasti kecintaan Alloh kepada orang-orang yang saling mencinta karena Alloh, orang-orang yang duduk bersama karena Alloh, orang-orang yang saling berkunjung karena Alloh, dan orang-orang yang saling memberi karena Alloh”.
Saat kita mencintai seseorang atau sesuatu ingatlah bahwa itu bukan milik kita dan kita harus siap kehilangan jika yang Maha Berkehendak mengambilnya atau mungkin kita tidak mendapat balasan yang sesuai saat di dunia karena mungkin Dia sudah menyiapkan yang lebih baik di depan atau akhirat kelak.
Intinya,
Mencintai itu harus ikhlas karena Alloh semata. Jangan mengharapkan apapun kecuali dari-Nya. Kita tidak berhak atas yang kita cintai karena yang berhak Alloh semata. Kenapa kita tidak pernah rugi saat mencintai? Jawabannya ada di 24 hal terpenting dalam hidup yaitu:
“Memberikan seluruh cinta anda kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cinta anda!? Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh dihati anda”
karena
“Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia”.
Semoga Alloh selalu memberi kita kepercayaan untuk memantulkan cinta-Nya kepada orang-orang di sekeliling kita….
*********************************************************************************
Nah itu tadi sedikit tulisan lama tentang "Belajar Mencintai dari Rembulan". Semoga bisa bermanfaat ya buat kamu yang sedang galau, lagi galau atau malah sedang dalam mencintai, apapun itu yang kamu cintai dan apapun bentuk cintamu.
Percayalah, apa yang ditakdirkan untuk menjadi milikmu sampai kapanpun ia tidak akan pernah menjadi milik orang lain.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Yogyakarta, 20 Maret 2018
Di suatu pagi
comment 0 komentar
more_vert