Jangan pulang membawa sampah......

Bismillah.....

Halo gimana kabar nih? Setelah tulisan yang kemarin agak ilmiah sekarang waktunya sedikit tulisan dari sebuah refleksi diri, refleksi lingkungan serta sintesis dari pikiran dan perasaan. Tulisan ini semoga bisa menjadi sebuah pengingat buat diriku pribadi atau buat yang membaca tulisan ini.

"Kalau pulang jangan membawa sampah...."

"Kalau pulang jangan menjadi kacang yang lupa kulit...."

"Kalau pulang jangan membawa masalah, kalau pulang membawa masalah, tidak usah pulang saja....."

"Semoga setelah pulang bisa berbagi ilmu ...."

Kata-kata yang muncul dan tercetus dari beberapa orang hari ini seolah menamparku dan menyadarkanku bahwa setelah selesai studi akan semakin banyak amanah baik pribadi, institusi serta amanah Illahi yang diemban. Tidak terasa perjalanan studiku akan segera berakhir dalam kurang lebih (semoga) tiga bulan lagi. Setelah itu aku akan kembali bertemu dengan kehidupan yang berbeda sebagai seorang pelajar. 

Aku flashback sedikit..... Perjalanan studiku diawali dengan satu tahun praktek di klinis di tahap spesialisasi ICU yang amat sangat sibuk sampai sampai seolah terasa waktu lima hari dalam seminggu rasanya kurang banget dan tenaga yang dimiliki serasa sudah diperas habis-habisan. Sampai-sampai harus menemui konselor beberapa kali saking stressnya. Saat itu seolah-olah benar-benar dididik dalam dunia yang berbeda. Bahasa yang berbeda, prosedur yang berbeda, kultur klinis yang berbeda, karakteristik pasien yang berbeda dan membuka mata tentang dunia per-ICU-an yang berbeda. Syukurlah semua terlewati dengan baik... Buat para mahasiswaku satu pesanku: "Attitude kalian akan menentukan kesuksesan kalian"

Perjalanan tahun berikutnya di level master amat sangat berbeda dengan tahun pertama. Lebih banyak bagaimana menjadi seorang leader, menerapkan pengetahuan teori ke tataran praktis (knowledge translation) serta bagaimana meningkatkan layanan keperawatan yang baik. Benar kata orang bijak, "semakin kita belajar, semakin kita banyak tahu, semakin kita merasa bodoh". Seolah masih banyak ilmu yang belum dipelajari dengan benar kok tahu-tahu sudah mau selesai. Pertanyaan yang sering muncul adalah "Memang sudah layak menyandang gelar itu? Lalu apa yang akan kamu lakukan dengan ilmumu?"

Bagaimana mengaplikasikan ilmu yang didapat agar bermanfaat itu baru satu pertanyaan yang harus dijawab, belum lagi pertanyaan lain yang lebih sulit yaitu:

"Mau jadi orang seperti apa setelah kamu selesai? Sombong karena merasa berilmu, rendah hati karena merasa semakin bodoh dan ingin selalu belajar atau malah sama saja seperti sebelum sekolah seolah sekolah tidak ada efeknya." 

Pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang berat dan baru akan terjawab setelah selesai dan kembali ke dunia nyata.

Aku jadi teringat mendiang (alm) Pak Mariyono seorang yang selalu bilang, "Le kowe ojo rumongso biso, tapi biso o rumongso (nak, kamu jangan merasa bisa, tapi bisalah merasa)". Kata-kata ini terngiang dalam benakku juga kata-kata senior saya Bu Sinta Kristanti yang selalu saya ingat, "Sekolah tinggi bukan untuk tidak menginjak bumi". Serta bagaimana "keluarga" di departemen Keperawatan Gawat Darurat dan Kekritisan yang selalu mengingatkan agar jangan jadi orang yang sok atau sombong,"Jangan capek-capek mencari pengakuan, berikan yang terbaik dan ikhlas maka orang-orang akan mengakui dengan sendirinya".

Maka saat ada beberapa orang yang mengatakan kepada saya kata-kata diawal tulisan ini seperti menampar keras perasaan saya. Oleh karena itu, jika dirasa saya mulai nyampah, membuat masalah serta ke arah yang lebih jelek maka ingatkan saya dan jangan abaikan saya.... Saya hanya manusia biasa yang pasti bisa berbuat salah dan khilaf.... 

Gedongan, 14 September 2015

Di awal malam