"Competence goes beyond words. It's the leader ability to say it, plan it, and do it in such a way that others know that you know how ; and know thay they want to follow you"- John Maxwell -
Pertengahan bulan Maret kemarin, saya membawakan satu sesi kepemimpinan kepada salah satu group eksekutif muda Jakarta, di Bukit Sentul – Jawa Barat. Di awal sesi, saya sempat bertanya "Tolong angkat tangan, siapa diantara anda yang merasa dirinya seorang pemimpin ?" Tidak ada seorangpun yang mengacungkan tangan. Pertanyaan kedua saya ajukan "Siapakah diantara rekan anda di ruangan seminar ini, yang menurut anda seorang pemimpin ?"
Semua tangan langsung menunjuk kepada seseorang yang memang mempunyai kedudukan sebagai ketua di group eksekutif muda tersebut. Dan pertanyaan ketiga saya ajukan, "Apakah menurut anda, rekan yang anda tunjuk tadi, dia seorang pemimpin atau pimpinan ?" Pimpinan adalah mereka yang menempati jabatan tertentu yang jelas, sedang seorang pemimpin adalah mereka yang secara organisasi dipercaya oleh anggota lain sebagai orang yang `dituakan', sebagai orang yang bijaksana, yang bisa memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi di dalam organisasi. Dan pada dasarnya, setiap orang adalah pemimpin, setidaknya pemimpin bagi dirinya sendiri.
Namun tidak banyak yang menyadari tentang hal ini. Setelah mereka mampu memimpin diri sendiri, barulah mereka bisa memimpin orang lain. Seorang pemimpin bisa jadi tidak mempunyai suatu jabatan yang tinggi, namun karena mereka mempunyai karisma, karakter, dan kebijakan yang lebih tinggi dibanding anggota organisasi yang lain, mereka sering dipercaya menjadi pemimpin. Lalu, bagaimanakah dengan pimpinan sendiri ? Tidak bisakah seseorang yang mempunyai posisi pimpinan, juga mempunyai jiwa pemimpin / leadership ? BISA. Namun tentunya diperlukan suatu proses tertentu, bagaimana untuk menciptakan jiwa kepemimpinan tersebut di dalam diri setiap orang.
Ada 4 aturan yang perlu dilakukan seseorang, agar bisa menjadi pemimpin yang berkualitas, yaitu :
1. HAVE VISION
Visi seorang pemimpin tentang organisasi yang dipimpinnya akan membawa seluruh organisasi itu dan isinya bergerak maju. Tanpa visi yang jelas, organisasi akan stagnan, dan masing-2 anggota akan merasakan ketidaknyamanan berada di dalamnya. Kondisi stagnan yang terus menerus, akan membuat organisasi ditinggalkan oleh anggotanya satu persatu. Visi seorang pemimpin harus sinkron dengan visi dan misi organisasi, sehingga setiap gerak, tindakan dan inovasi yang terjadi di dalam organisasi tersebut bisa maju seirama.
2. WALK THE TALK
Kalau anda pernah mendengar seseorang yang mendiskreditkan pimpinannya, misalnya dengan berkata "Gue sebel sama si boss. Seenaknya aja dia suruh ini, suruh itu. Padahal belum tentu dia sendiri bisa melakukannya. .....", berarti pimpinan tersebut belum melakukan yang namanya WALK THE TALK, alias melakukan apa yang dibicarakan. Intinya adalah, anak buah anda akan lebih respek ke anda bila anda sendiri PERNAH MELAKUKAN apa yang anda intruksikan kepada mereka. Setidaknya, anda pernah mencontohkan atau melakukan suatu tindakan tertentu di depan anak buah anda secara sempurna, sehingga ungkapan-2 seperti diatas tidak pernah terucap dari mulut anak buah anda.
3. EMPOWERING PEOPLE
Pemimpin bukan seseorang yang paling hebat di dalam kelompoknya, tapi seseorang yang bisa mengendalikan kelompoknya, dan disisi lain juga mampu memotivasi anak buahnya sehingga masing-2 orang dapat bekerja secara maksimal. Ada satu kesalahan fatal yang sering dilakukan para pemimpin, yaitu mereka memanipulasi anak buah mereka dengan seringnya memerintah sana sini. John Maxwell, pakar kepemimpinan dari Amerika pernah mengatakan bahwa "A great leader are they who motivate people, not manipulate". Manipulasi lebih berkonotasi negatif, dimana seorang pemimpin merasa mereka berhak perintah sana perintah sini, karena mereka beranggapan bahwa seorang pemimpin adalah mereka yang bisa memberikan banyak perintah kepada anak buahnya. sedang memotivasi orang lebih positif, dimana pemimpin mau menggali ke dalam diri seseorang, apa keinginan dan kemampuannya, dan bagaimana pemimpin bisa memberikan inspirasi sehingga orang tersebut mau mendayagunakan seluruh potensinya secara optimal.
4. EXCELLENT COMMUNICATION
Komunikasi yang salah antara pimpinan dan bawahan sering menjadi salah satu sebab timbulnya konflik di dalam suatu organisasi. Berkomunikasi bukan sekedar bicara, tapi juga berusaha untuk mendengar dan memahami bagaimana orang lain berpikir. Apabila terjadi suatu perbedaan pendapat, cobalah juga untuk berpikir dari sisi orang lain, sehingga kita bisa lebih mudah memahami mengapa orang lain berpikir berbeda dengan kita.
Keempat proses diatas bukanlah sebuah proses yang instan, tapi dibutuhkan proses untuk membuatnya menjadi kebiasaan. Dan sudah pasti, di dalam proses menjalaninya, akan ada banyak tantangan dan masalah yang timbul. Semakin banyak tantangan yang kita selesaikan, akan semakin menempa kita menjadi pemimpin yang berkualitas. Sukses untuk anda !
SONNY VINN
Motivational Speaker, Associate Partner The Acesia
Penulis buku best seller "SLAM DUNK For SUCCESS"
sumber: acesia.tk
comment 0 komentar
more_vert